Jakarta - Google merilis laporan terbarunya soal keamanan Android dari aplikasi-aplikasi nakal, atau potentially harmful application (PHA). Apa kata mereka?
Ini adalah laporan tahunan Google yang ke-5 soal keamanan dan privasi di Android. Dalam laporan mereka menyebut adanya peningkatan pengunduhan PHA, namun hal ini menurut Google terjadi karena 'click fraud' dimasukkan ke dalam kategori PHA.
Namun secara garis besar, menurut Google, keamanan dan kesehatan ekosistem Android sudah lebih baik, demikian dikutip detikINET dari Engadget, Selasa (2/4/2019).
Secara spesifik, persentase PHA yang diunduh dari Google Play meningkat dari 0,02% di 2017 menjadi 0,04% di 2018. Namun menurut Google, jika 'click fraud' tak dimasukkan dalam kategori PHA, angkanya akan menurun 31% secara year on year.
Memang, mengamankan lebih dari dua miliar perangkat Android yang ada saat ini bukanlah hal yang mudah, bahkan bagi Google. Namun dengan kecerdasan buatan yang mereka pakai di Google Play Protect, Google bisa memindai lebih dari 50 miliar aplikasi setiap harinya.
Google pun terus mengembangkan kemampuan mesin learning dari aplikasi yang pertama dirilis pada 2017 tersebut.
Data lain yang muncul dalam laporan tersebut adalah adanya penurunan dalam jumlah PHA yang terinstal pada ponsel. Pada 2018, 0,45% perangkat Android yang menggunakan Google Play Protect menyimpan setidaknya sebuah PHA, yang menurun dari 0,56% yang tercatat pada 2017.
Google Play Protect pun diklaim menyetop percobaan instalasi 1,6 miliar PHA dari luar Google Play. Namun dalam laporan tersebut tak disebutkan berapa banyak instalasi PHA yang berhasil digagalkan jika berasal dari Google Play.
Dengan segala usaha Google untuk melawan keberadaan PHA, tetap saja ada malware yang menyusup ke dalam Google Play. Yang terbaru adalah sebuah adware bernama SimBad yang ditemukan oleh peneliti dari Check Point.
Google memang berhasil menghapus 210 aplikasi yang terinfeksi oleh adware ini, namun aplikasi tersebut sudah terlanjur diunduh sebanyak 150 juta kali.